Curug Malela “Si Cantik” yang Tersembunyi di
antara Dua Bukit
Salah
satu curug yang membuat saya penasaran untuk menyambanginya. Yah, Curug Malela
yang terletak di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga Kabupaten
Bandung Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur di barat laut Bandung ini
menyimpan keeksotisan yang luar biasa. Curug Malela yang kira-kira setinggi 50
meter serta lebar sekitar 70 meter ini membuat saya tak berkedip untuk
menatapnya. Subhanalloh J
Keanggunan air terjun yang dalam foto
kecepatan rendah memberikan kesan seperti benang-benang sutra halus, tidak
dimungkiri telah menawan hati dan pandangan mata siapa yang datang
mengunjunginya. Jika hari tidak keburu gelap, kita akan seharian duduk tanpa
bosan-bosannya menyaksikan fenomena alam yang luar biasa ini. Fantastik !
Perjalanan
menuju ke tempat salah satu objek wisata ini sangatlah menguras tenaga dan
waktu dan sempat membuat saya frustasi!. Namun, Jarak tempuh sekitar 90
kilometer atau sekitar 5 jam dari Kota Bandung dengan kondisi jalan kurang
mendukung akan terbayar sudah oleh pemandangan dan suasana pedesaan di kawasan
tersebut. Apalagi setelah melihat pesona Curug Malela yang tersembunyi
malu-malu di antara dua bukit. Horeeee !!!!
Sepanjang
jalan sebelum menuju Curug Malela di Kampung Manglid, kita akan disuguhi wilayah
selatan Kabupaten Bandung Barat. Hamparan pemandangan perkebunan teh yang dikelola oleh
PTPN VIII Montaya yang diapit pohon mahoni dan pohon damar hingga ke daerah
perbukitan yang turun naik dan berkelok-kelok dan sempit yang senantiasa
menemani perjalanan. Selama kurang lebih 5 jam perjalanan, petunjuk jalan
menuju Curug Malela mulai terlihat. Nah, untuk mencapai Curug Malela yang
dijuluki Niagara mini ini, pengunjung harus berjalan kaki terlebih dahulu selama
kurang lebih 30 menit dari tempat parkir kendaraan.
Dari sisi lingkungan, sebenarnya Curug Malela sangatlah rentan
terhadap pencemaran. Jaringan hulu Cicurug yang berasal dari Cidadap melewati
kota-kota kecamatan yang cukup padat, seperti Gununghalu dan Bunijaya.
Sepanjang alirannya di wilayah permukiman Kecamatan Gununghalu, lembah Sungai
Cidadap menjadi tempat pembuangan sampah, terutama dari rumah-rumah yang tumbuh
di tepi sungai. Sampah-sampah itu terbawa aliran Cidadap untuk kemudian ikut
jatuh di Curug Malela. Jangan heran jika di lereng-lereng bawah dekat air
terjun itu kita akan mendapati tumpukan sampah-sampah plastik, sandal jepit,
atau styrofoam.
Berkunjunglah
saat cuaca cerah, karena jika cuaca sedang musim hujan jalanan tanah sangat
licin dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan, kalaupun bisa sayang kendaraan
anda kecuali kalau anda menggunakan sepeda motor trail. Air terjunnya pun juga
sangat deras, tidak sedikit orang yang nekat menyeberang ke curug tenggelam dan
terseret arusnya. Perhatikan pula peringatan-peringatan yang disampaikan oleh
masyarakat sekitar. Pada hari senin dan kamis curug Malela ini ditutup untuk
umum.
Untuk
masuk ke tempat wisata ini belum dikenakan tiket masuk hanya membayar uang
parkir bagi anda yang membawa kendaraan. Berkunjung ke Curug Malela sebaiknya
menggunakan kendaraan pribadi, karena tidak angkutan umum dari Buninjaya
kalaupun ada hanya ojek yang kira-kira sekali jalan ongkosnya Rp 50.000,-.
Sayang,
pesona Niagara mini ini baru bisa dinikmati oleh sebagian orang saja. Bahkan,
banyak yang belum mengetahui keberadaan salah satu keindahannya. Buruknya
kondisi jalan ditambah minimnya sarana transportasi menjadi kendala untuk
meningkatkan jumlah pengunjung ke pesona alam ini. Tapi, tak ada salahnya
berwisata ke tempat ini apalagi bagi anda yang berjiwa petualang, karena
memang,,, akses jalannya sangat off road!
blognya sangat bagus..cantik kayak orangnya ckckck
BalasHapussalam
ngecamp go online
terima kasihhh,, hahha... gek acak2an,, butuh saran dan kritik
BalasHapus