Kamis, 17 Mei 2012

"Si Cantik" yang Tersembunyi di antara Dua Bukit


Curug Malela “Si Cantik” yang Tersembunyi di antara Dua Bukit


Salah satu curug yang membuat saya penasaran untuk menyambanginya. Yah, Curug Malela yang terletak di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga Kabupaten Bandung Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur di barat laut Bandung ini menyimpan keeksotisan yang luar biasa. Curug Malela yang kira-kira setinggi 50 meter serta lebar sekitar 70 meter ini membuat saya tak berkedip untuk menatapnya. Subhanalloh J
Keanggunan air terjun yang dalam foto kecepatan rendah memberikan kesan seperti benang-benang sutra halus, tidak dimungkiri telah menawan hati dan pandangan mata siapa yang datang mengunjunginya. Jika hari tidak keburu gelap, kita akan seharian duduk tanpa bosan-bosannya menyaksikan fenomena alam yang luar biasa ini. Fantastik !
Perjalanan menuju ke tempat salah satu objek wisata ini sangatlah menguras tenaga dan waktu dan sempat membuat saya frustasi!. Namun, Jarak tempuh sekitar 90 kilometer atau sekitar 5 jam dari Kota Bandung dengan kondisi jalan kurang mendukung akan terbayar sudah oleh pemandangan dan suasana pedesaan di kawasan tersebut. Apalagi setelah melihat pesona Curug Malela yang tersembunyi malu-malu di antara dua bukit. Horeeee !!!!
Sepanjang jalan sebelum menuju Curug Malela di Kampung Manglid, kita akan disuguhi wilayah selatan Kabupaten Bandung Barat. Hamparan  pemandangan perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN VIII Montaya yang diapit pohon mahoni dan pohon damar hingga ke daerah perbukitan yang turun naik dan berkelok-kelok dan sempit yang senantiasa menemani perjalanan. Selama kurang lebih 5 jam perjalanan, petunjuk jalan menuju Curug Malela mulai terlihat. Nah, untuk mencapai Curug Malela yang dijuluki Niagara mini ini, pengunjung harus berjalan kaki terlebih dahulu selama kurang lebih 30 menit dari tempat parkir kendaraan.
Dari sisi lingkungan, sebenarnya Curug Malela sangatlah rentan terhadap pencemaran. Jaringan hulu Cicurug yang berasal dari Cidadap melewati kota-kota kecamatan yang cukup padat, seperti Gununghalu dan Bunijaya. Sepanjang alirannya di wilayah permukiman Kecamatan Gununghalu, lembah Sungai Cidadap menjadi tempat pembuangan sampah, terutama dari rumah-rumah yang tumbuh di tepi sungai. Sampah-sampah itu terbawa aliran Cidadap untuk kemudian ikut jatuh di Curug Malela. Jangan heran jika di lereng-lereng bawah dekat air terjun itu kita akan mendapati tumpukan sampah-sampah plastik, sandal jepit, atau styrofoam.
Berkunjunglah saat cuaca cerah, karena jika cuaca sedang musim hujan jalanan tanah sangat licin dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan, kalaupun bisa sayang kendaraan anda kecuali kalau anda menggunakan sepeda motor trail. Air terjunnya pun juga sangat deras, tidak sedikit orang yang nekat menyeberang ke curug tenggelam dan terseret arusnya. Perhatikan pula peringatan-peringatan yang disampaikan oleh masyarakat sekitar. Pada hari senin dan kamis curug Malela ini ditutup untuk umum.

Untuk masuk ke tempat wisata ini belum dikenakan tiket masuk hanya membayar uang parkir bagi anda yang membawa kendaraan. Berkunjung ke Curug Malela sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi, karena tidak angkutan umum dari Buninjaya kalaupun ada hanya ojek yang kira-kira sekali jalan ongkosnya Rp 50.000,-.

Sayang, pesona Niagara mini ini baru bisa dinikmati oleh sebagian orang saja. Bahkan, banyak yang belum mengetahui keberadaan salah satu keindahannya. Buruknya kondisi jalan ditambah minimnya sarana transportasi menjadi kendala untuk meningkatkan jumlah pengunjung ke pesona alam ini. Tapi, tak ada salahnya berwisata ke tempat ini apalagi bagi anda yang berjiwa petualang, karena memang,,, akses jalannya sangat off road!

2 komentar:

  1. blognya sangat bagus..cantik kayak orangnya ckckck

    salam

    ngecamp go online

    BalasHapus
  2. terima kasihhh,, hahha... gek acak2an,, butuh saran dan kritik

    BalasHapus