Derap
derap bunyi kaki dikehampaan
Ku
susuri lorong-lorong sunyi
Gelap
tanpa setitik cahaya
Sunyi
senyap semakin ku rasa
Lima
bungkus es krim sudah kuhabiskan
Penghilang
kecewa yang melanda
Ku
tenggok kanan
Masih kau
tak nampak
Ku
tenggok kiri
Masih
juga kau tak terdeteksi
Huh,
di mana kamu?
Sebatas
mata memandang
Hanya
debu jalanan yang menutup pandang
Ku
masih sabar,
Di
suatu sudut aku masih menunggu
Detik-detik
waktu sudah tak terhitung
Lima
menit
Aku
masih sabar menanti
Lima
belas menit
Aku
masih sabar menunggu
Empat
puluh lima menit
Aku
masih terdiam, terpaku dan membisu
Melirik
setiap sudutku
Berharap
itu kamu
Dengan
setangkai bunga mawar merah ditangan kananmu
Satu
jam sudah ku menunggu yang tak tentu
Aku tetap
terpaku, tersudut dan membisu
Ku
terdiam, semakin membisu
Sedetik
menantimu disini bagai sehari
Berulang
kali ku lirik jam di handphone
Demi
membunuh waktuku
Masih
juga tak nampak wujud parasmu
Huh,
di mana kamu?
Tanda
kehadiranmu samar dan semakin tak terlihat
semakin
meyakiniku..
Kau
tak kan datang… !
Terdiam
sejenak,
Tiba-tiba…
rintik-rintik itu pun luruh, jatuh!
Bergulir
tanpa ku tahu
Gerimis
dan akhirnya deras
Ku
ambil langkah
Pelan
namun pasti
Berhenti
terpaku tuk menunggumu
Berteman
hujan,
Kususuri
jalan ini,
Tak
kunaikki sepedaku
Tak ku
hirau
Mereka
semua memandangku
Ku
berlari
Ku
berteriak
Aku
pergi, dengan sendu yang mendayu
Inginku
bertahan,
Tapi
tak ingin terpaku
Dengan
kecewaku,
Meninggalkan
jejak-jejak
Yang
mulai terhapus air hujan
Dan
tertutup debu jalanan
Minggu, 1 April 2012
0 komentar:
Posting Komentar